TUGAS 2
SUKU MELAYU PALEMBANG
atau yang lebih
dikenal dengan Suku Palembang adalah salah satu suku Melayu yang
terletak di wilayahKota Palembang dan sekitarnya. Suku Palembang juga merupakan
salah satu kelompok etnis terdekat dari Suku Komering. Suku Palembang di Palembang semakin lama semakin
berkurang, tetapi di Tepian Sungai Musi masih banyak ditemukan suku Palembang. Suku Palembang
bahasanya mirip dengan Bahasa Melayu Jambi dengan Suku Melayu Bengkulu yang kata-katanya berakhiran dengan kata o.
Suku
Melayu Palembang umumnya bermata pencaharian Sebagai Petani. Suku Palembang
juga tidak mendiami wilayah Kota Palembang saja, tetapi juga mendiami wilayah
Kabupaten Ogan Ilir (Seperti Kecamatan Tanjung Raja, Kecamatan Pemulutan, dan
Kecamatan Indralaya). Dan wlayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (Seperti
Kecamatan Kota Kayu Agung, dan Kecamatan Jejawi). Kebanyakan keturunan suku
Palembang ini juga banyak menyebar di wilayah Bengkulu, dan Jambi. Suku Melayu Palembang banyak menganut Agama Islam, sisanya beragama Buddha. Tetapi masih ada juga yang beragama animisme, mereka juga hidup
secara berdamping-dampingan dan damai.
KEBUDAYAAN
SUKU PALEMBANG
Kalau
bicara kota dengan pendapatan perkapita paling tinggi di Indonesia, maka semua akan tertuju pada kota Palembang. Kota
Palembang merupakan salah satu kota di provinsi Sumatera Selatan sekaligus ibu kotanya. Lokasinya di tepi Sungai Musi.
Dari
1,2 juta penduduk kota Palembang, 40-50% adalah suku Palembang. Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok, yaitu Wong Jeroo dan Wong Jabo. Wong Jeroo merupakan keturunan
bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana dari
kerajaan zaman dulu yang berpusat di Palembang. Sementara Wong Jabo adalah
rakyat biasa.
Beberapa
kalangan berpendapat bahwa suku Palembang merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok suku lainnya di Indonesia.
Banyak
orang Palembang banyak menjadi pegawai pemerintahan. Namun ada pula yang
berkeja sebagai pedagan di pasar, buruh, nelayan, guru, atau sebagai pengrajin
kerajinan tangan Luasnya ladang minyak di Palembangn menjadi kekayaan
tersendiri kota Palembang.
Tradisi
yang telah mengakar dalam budaya suku Palembang dan telah dijalankan selama
beberapa abad sebagai pedagang, ialah sebagian kecil pedagang menjajakan
dagangannya di atas permukaan air sungai Musi dengan menggunakan perahu. Selain
menjadi pedagang, orang Palembang juga banyak yang berhasil menduduki sektor
penting di pemerintahan Sumatera Selatan, dan juga tidak sedikit yang berhasil
di perantauan dalam segala bidang, termasuk menjadi pejabat pemerintahan
Indonesia dan beberapa sukses menjadi artis, sedangkan yang lain juga banyak
bekerja di sektor swasta dan lain-lain.
Banyak
orang Palembang yang masih tinggal di rumah yang didirikan di atas air. Rumah
limas menjadi model arsitektur rumah khas Palembang yang kebanyakan didirikan
di atas panggung di atas air untuk melindungi dari banjir.
Suami
atau ayah berfungsi sebagai pelindung rumah tangga dengan tugas pokok mencari
nafkah dalam sistem kekeluargaan suku Palembang. Sedangkan istri bertanggung
jawab menjaga ketertiban dan keharmonisan rumah tangga. Keberhasilan seorang
istri ditentukan oleh ungkapan para suami yang berkata “rumah tanggaku adalah
surgaku”. Sebuah keluarga lebih mengharapkan anak laki-laki dari pada anak
perempuan. Para kakek-kakek dari kedua belah pihak menganggap cucu lelaki
sebagai jaminan dan bakal negeri (memperkuat kekuatan mereka) dan negakke jurai
(jaminan sebagai penerus garis keturunan mereka).
Islam menjadi agama yang dianut sebagaina besar orang Palembang. Sondok
piyogo atau dalam bahasa Indonesia
berarti “Adat dipangku, syari'at dijunjung” merupakan semboyan yang dipegang
teguh oleh suku Palembang. Semboyan tersebut bermakna bahwa meskipun mereka
sudah mengecap pendidikan tinggi, mereka tetap mempertahankan adat kebiasaan
suku Palembang.
Lapangan
pekerjaan merupakan masalah sosial suku Palembang. Karena pengangguran menjadi
masalah bagi orang Palembang. Orang Palembang dikenal sebagai orang yang sulit
atau bahkan tidak mau melakukan pekerjaan kasar. Modernisasi merupakan momok
bagi suku Palembang di mana kebudayaan mereka akan mengalami perubahan hingga
kemerosotan.
Dalam
kesehariannya, suku Palembang berbicara dalam bahasa Palembang. Bahasa
Palembang sendiri merupakan bagian atau varian dari bahasa Melayu atau sering
disebut sebagai bahasa Melayu Palembang. Bahasa Palembang menggunakan dialek
“o” pada akhir setiap kata. Inilah yang membedakan bahasa Melayu Riau dan
Melayu Malaysia dengan bahasa Melayu Palembang. Adapun dialek bahasa Melayu
Palembang ini memiliki dua dialek bahasa, yaitu baso Palembang Alus dan baso Palembang
Sari-Sari
TARIAN
Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk
menyambut tamu yang telah memenuhi undangan. Tari tanggai biasanya dipertontonkan
dalam acara pernikahan adat daerah Palembang. Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan
rasa hormat masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu dan dalam tari ini tersirat sebuah makna
ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara kepada para tamu.
Tari
tanggai memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya.Perbedaannya adalah Tari tanggai dibawakan oleh 5 orang
sedangkan tari Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 orang dan perlengkapan penari Gending Sriwijaya lebih lengkap dibandingkan dengan Tari tanggai.Penari
tari Tanggai menggunakan pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung,sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang
berbentuk kuku terbuat dari lempengantembaga dan kerana tanggai yang dipakai penari, maka tari ini
dinamakan tari tanggai.
Tari ini
merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah
sehingga penari kelihatan lebih anggun. Kelenturan gerak dan lentiknya jemari
penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu.Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu
pengiring yang berjudul “enam bersaudara” melambangkan keharmonisan hidup
masyarakat Palembang.
Pada
zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam acara pernikahan
masyarakat Palembang,tari ini juga dipertontonkan dalam acara-acara resmi
organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah.Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai
ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatra Selatan.
TRADISI PERNIKAHAN DIPALEMBANG
A. Madik
Dalam tradisi madik ini keluarga calon mempelai pria yang biasanya diwakilkan oleh kerabat yang dituakan dalam keluarga mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai wanita demi untuk memastikan bahwa calon mempelai wanita memang benar-benar telah siap untuk menjadi istri dari mempelai pria sekaligus memastikan
Dalam tradisi madik ini keluarga calon mempelai pria yang biasanya diwakilkan oleh kerabat yang dituakan dalam keluarga mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai wanita demi untuk memastikan bahwa calon mempelai wanita memang benar-benar telah siap untuk menjadi istri dari mempelai pria sekaligus memastikan
bahwa calon mempelai wanita tidak sedang terikat tali
perkawinan atau dalam keadaan dipinang oleh pria lain.
Ketika berkunjung ini, utusan dari keluarga calon mempelai pria biasanya membawa beberapa tenong atau songket yang berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu, juga beberapa tenong berbentuk songket segi empat dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas yang berisi bahan makanan, seperti : mentega, telur, gula untuk diserahkan kepada keluarga calon mempelai wanita sebagai oleh-oleh atau buah tangan. Karena bawaan ini bersifat tidak resmi dan hanya sebagai buah tangan saja maka tidak ada aturan baku dalam hal apa saja barang yang harus dihadiahkan kepada keluarga calon mempelai wanita.
Ketika berkunjung ini, utusan dari keluarga calon mempelai pria biasanya membawa beberapa tenong atau songket yang berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu, juga beberapa tenong berbentuk songket segi empat dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas yang berisi bahan makanan, seperti : mentega, telur, gula untuk diserahkan kepada keluarga calon mempelai wanita sebagai oleh-oleh atau buah tangan. Karena bawaan ini bersifat tidak resmi dan hanya sebagai buah tangan saja maka tidak ada aturan baku dalam hal apa saja barang yang harus dihadiahkan kepada keluarga calon mempelai wanita.
B. Menyenggung
Secara keseluruhan dalam prosesi menyanggung ini sebenarnya hampir sama dengan ketika madik yakni calon mempelai pria kembali mengutus kerabat yang mereka percaya untuk datang ke rumah keluarga calon mempelai wanita sambil kembali membawa oleh-oleh kepada keluarga calon mempelai wanita. Yang berbeda dari prosesi menyanggung ini hanyalah bahwa pada kedatangan kali ini kedua belah pihak akan membicarakan kesepakatan dan mengatur tanggal kedatangan berikutnya untuk melamar.
Secara keseluruhan dalam prosesi menyanggung ini sebenarnya hampir sama dengan ketika madik yakni calon mempelai pria kembali mengutus kerabat yang mereka percaya untuk datang ke rumah keluarga calon mempelai wanita sambil kembali membawa oleh-oleh kepada keluarga calon mempelai wanita. Yang berbeda dari prosesi menyanggung ini hanyalah bahwa pada kedatangan kali ini kedua belah pihak akan membicarakan kesepakatan dan mengatur tanggal kedatangan berikutnya untuk melamar.
C. Meminang / Melamar
Kalau pada prosesi madik dan menyanggung keluarga calon mempelai pria hanya mengutus salah satu keluarga mereka, maka dalam melamar ini seluruh anggota keluarga termasuk orang tua calon mempelai pria akan datang lengkap ke rumah calon mempelai wanita dengan barang-barang bawaan berupa kain terbungkus dengan sapu tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula, gandum, juadah, buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket atau tenong selalu ganjil. Barang bawaan lebih lengkap berupa kain, baju, selendang, alat perhiasan, tas, kosmetik, selop, sepatu dan sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai lambang kemakmuran. Rombongan tersebut kemudian sesampainya dirumah calon mempelai wanita akan mengutarakan maksud kedatangannya kali ini yakni untuk melamar atau meminang. Apabila lamaran diterima barulah kemudian barang-barang tersebut diserahkan kepada keluarga dari calon mempelai wanita.
Kalau pada prosesi madik dan menyanggung keluarga calon mempelai pria hanya mengutus salah satu keluarga mereka, maka dalam melamar ini seluruh anggota keluarga termasuk orang tua calon mempelai pria akan datang lengkap ke rumah calon mempelai wanita dengan barang-barang bawaan berupa kain terbungkus dengan sapu tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula, gandum, juadah, buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket atau tenong selalu ganjil. Barang bawaan lebih lengkap berupa kain, baju, selendang, alat perhiasan, tas, kosmetik, selop, sepatu dan sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai lambang kemakmuran. Rombongan tersebut kemudian sesampainya dirumah calon mempelai wanita akan mengutarakan maksud kedatangannya kali ini yakni untuk melamar atau meminang. Apabila lamaran diterima barulah kemudian barang-barang tersebut diserahkan kepada keluarga dari calon mempelai wanita.
D. Mutus Kato dan Berasan
Dalam memutus kato ini untuk kali keempatnya keluarga calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita yang bertujuan untuk bermusyawarahnya kedua keluarga dalam menentukan hari dan tanggal untuk pernikahan anak mereka. Pihak yang datang biasanya adalah keluarga dekat calon mempelai serta 9 orang wanita dengan membawa tenong. Utusan yang diwakili juru bicaranya menyampaikan kata-kata indah kadang berupa pantun. Selanjutnya para utusan melakukan upacara pengikatan tali keluarga, yakni dengan mengambil tembakau setumpuk dari sasak gelungan (konde) dan dibagi-bagikan pada para utusan dan keluarga. Kedua belah pihak mengunyah sirih dengan tembakau yang artinya kedua keluarga tersebut telah saling mengikat diri untuk menjadi satu keluarga.
Dalam memutus kato ini untuk kali keempatnya keluarga calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita yang bertujuan untuk bermusyawarahnya kedua keluarga dalam menentukan hari dan tanggal untuk pernikahan anak mereka. Pihak yang datang biasanya adalah keluarga dekat calon mempelai serta 9 orang wanita dengan membawa tenong. Utusan yang diwakili juru bicaranya menyampaikan kata-kata indah kadang berupa pantun. Selanjutnya para utusan melakukan upacara pengikatan tali keluarga, yakni dengan mengambil tembakau setumpuk dari sasak gelungan (konde) dan dibagi-bagikan pada para utusan dan keluarga. Kedua belah pihak mengunyah sirih dengan tembakau yang artinya kedua keluarga tersebut telah saling mengikat diri untuk menjadi satu keluarga.
E. Akad Nikah / Perkawinan
Seperti pernikahan pada umumnya, prosesi ini akan dihadiri oleh kerabat dari kedua mempelai dan adanya mas kawin dari mempelai pria yang akan diserahkan kepada mempelai wanita. Mas kawin yang diserahkan biasanya berupa perhiasan atau barang lain sesuai dengan apa yang diminta oleh keluarga pihak wanita dan telah disetujui pihak pria. Pengantin pria dibawa masuk ke ruangan, lalu penghulu memimpin pelaksanaan akad nikah.
Seperti pernikahan pada umumnya, prosesi ini akan dihadiri oleh kerabat dari kedua mempelai dan adanya mas kawin dari mempelai pria yang akan diserahkan kepada mempelai wanita. Mas kawin yang diserahkan biasanya berupa perhiasan atau barang lain sesuai dengan apa yang diminta oleh keluarga pihak wanita dan telah disetujui pihak pria. Pengantin pria dibawa masuk ke ruangan, lalu penghulu memimpin pelaksanaan akad nikah.
F. Mengarak Pacar
Mengarak Pacar adalah penutup dari sekian tahap prosesi dalam adat pernikahan di palembang yang intinya berisikan acara arak-arakan rombongan keluarga mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Ketika sampai di rumah mempelai wanita dan disambut oleh ibu mempelai wanita para sesepuh yang dituakan di pihak mempelai wanita kemudian akan menaburkan beras yang telah dicampur denagan uang recehan kepada mempelai pria beserta rombongannya. Perlengkapan yang digunakan dalam prosesi mengarak pacar ini sendiri antara lain seperti perahu yang dihiasi ornamen yang indah, lampu warna-warni, alat musik tabuh-tabuhan, keris pusaka, nampan serta kain sutra emas.
Mengarak Pacar adalah penutup dari sekian tahap prosesi dalam adat pernikahan di palembang yang intinya berisikan acara arak-arakan rombongan keluarga mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Ketika sampai di rumah mempelai wanita dan disambut oleh ibu mempelai wanita para sesepuh yang dituakan di pihak mempelai wanita kemudian akan menaburkan beras yang telah dicampur denagan uang recehan kepada mempelai pria beserta rombongannya. Perlengkapan yang digunakan dalam prosesi mengarak pacar ini sendiri antara lain seperti perahu yang dihiasi ornamen yang indah, lampu warna-warni, alat musik tabuh-tabuhan, keris pusaka, nampan serta kain sutra emas.
SUMBER
: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar