TUGAS 3
KEBUDAYAAN
YOGYAKARTA
DIY
mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang
tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan
potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau
norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam
masyarakat.
DIY
memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13
Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi
masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang
masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi
tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam
berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu dan
Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010,
persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%,
seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%
KEAGAMAAN
Penduduk DIY mayoritas
beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama Kristen, Katholik,
Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami perkembangan, pada tahun 2007
terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877
musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 vihara/klenteng. Jumlahpondok
pesantren pada tahun 2006 sebanyak 260, dengan 260
kyai dan 2.694 ustadz serta 38.103 santri. Sedangkan jumlah madrasah baik
negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah
ibtidaiyah, 84 madrasah
tsanawiyah dan 35 madrasah
aliyah. Aktivitas keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2007 terdapat 3.064
jamaah haji.
TARIAN
Tari
serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tari
klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalangan istana.
Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi,
serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan.Tari serimpi Jawa ini dinilai mempunyai kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para penari.
Sejak
dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain
karena sifatnya yang sakral. Dulu tari
ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton.Serimpi
memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang
melambang kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.
Dalam
pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada tari Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu
saja. Adapun iringan musik untuk tari Serimpi
adalah mengutamakan paduan suara gabungan,
yakni saat menyanyikan lagu tembang-tembang Jawa.
Serimpi
sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di antaranya durasi waktu pementasan. Kini salah satu kebudayaan yang
berasal dari Jawa Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi pertunjukan yang semakin singkat. Sebagai contoh Srimpi
Anglirmendhung menjadi
11 menit dan juga Srimpi
Gondokusumo menjadi
15 menit yang awal penyajiannya berdurasi kurang lebih 60 menit.
Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami perkembangan dari segi
pakaian.Pakaian penari yang awalnya adalah seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin putri keraton dengan dodotan dan gelung bokor sebagai hiasan kepala, saat ini kostum penari beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung rambut yang berhiaskan bunga ceplok, dan hiasan kepala berupa bulu burung kasuari.
PERNIKAHAAN ADAT YOGYAKARTA
Nontoni
Nontoni
adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu
orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya,
bahkan kadang-kadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga
mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar
ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya
tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan
diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang
akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau
penyelidikan secara rahasia.
Setelah
hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang
tuanya, maka diadakan musyawarah di antara orang tua / pinisepuh si perjaka
untuk menentukan tata cara lamaran.
UPACARA
LAMARAN
Melamar artinya meminang, karena pada
zaman dulu di antara pria dan wanita yang akan menikah kadang-kadang masih
belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan
cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai
calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas
persetujuan bersama.
·
Pada hari yang telah ditetapkan,
datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan
membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan
dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
·
Makanan tersebut biasanya terbuat dari
beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
·
Menurut naluri makanan tersebut
mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya
sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap
lengket (pliket,Jawa).
·
Setelah lamaran diterima kemudian kedua
belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan.
Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara
dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan Kata peningsetan adalah
dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti
pengikat.
Peningsetan adalah suatu upacara
penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada
pihak calon pengantin putri.
Menurut tradisi peningset terdiri
dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim
disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi:
jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan
satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk
menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur .
Biasanya penentuan hari baik pernikahan
ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
LAGU
DAERAH
Lagu daerah Yogyakarta hampir tidak
dapat dibedakan dengan lagu daerah Jawa Tengah, karena bahasanya memang sama.
Berikut lagu-lagu daerah Yogyakarta, yang mungkin juga merupakan lagu daerah
Jawa Tengah.
Suwe Ora Jamu
Suwe ora jamu
Jamu godhong tela
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe gela
Suwe ora jamu
Jamu godhong tela
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe gela
Jamu godhong tela
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe gela
Suwe ora jamu
Jamu godhong tela
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe gela
Pitik Tukung
Aku duwe pitik pitik tukung
Saben dina tak pakani jagung
Petok gok petok petok ngendok pitu
Tak ngremake netes telu
Kabeh trondol trondol tanpa wulu
Mondol mondol dol gawe guyu
Saben dina tak pakani jagung
Petok gok petok petok ngendok pitu
Tak ngremake netes telu
Kabeh trondol trondol tanpa wulu
Mondol mondol dol gawe guyu
Kidang Talun
Kidang Talun
Mangan kacang talun
Mil kethemil mil kethemil
Si kidang mangan lembayung
Mangan kacang talun
Mil kethemil mil kethemil
Si kidang mangan lembayung
Gajah belang
Saka tanah sabrang
Nuk regunuk nuk regunuk
Si gajah lèmbèhan tlalé
Saka tanah sabrang
Nuk regunuk nuk regunuk
Si gajah lèmbèhan tlalé
Menthok- menthok
Menthok, menthok tak kandhani
Mung lakumu angisin isini
Mung lakumu angisin isini
Mbok ya aja ngetok ana kandhang wae
Enak enak ngorok ora nyambut gawe
Menthok, menthok mung lakumu
Megal megol gawe guyu
Enak enak ngorok ora nyambut gawe
Menthok, menthok mung lakumu
Megal megol gawe guyu
Kupu Kuwi
Kupu kuwi tak cekelé (incupé)
Mung aburé ngéwuhaké
Ngalor ngidul
Ngétan bali ngulon
Mung aburé ngéwuhaké
Ngalor ngidul
Ngétan bali ngulon
Mrana mréné ing saparan paran
Méncok cégrok mlabur bleber (Sapa bisa ngicupaké)
Mentas méncok cégrok
Banjur (nuli) mabur bleber
Méncok cégrok mlabur bleber (Sapa bisa ngicupaké)
Mentas méncok cégrok
Banjur (nuli) mabur bleber
Jamuran
Jamuran ya ge ge thok
Jamu apa ya ge ge thok
Jamur gajih mberjijih sak ara-ara
Semprat-semprit Jamur apa
Jamu apa ya ge ge thok
Jamur gajih mberjijih sak ara-ara
Semprat-semprit Jamur apa
Caping Gunung
Dhek jaman berjuang
Njur kelingan anak lanang
Mbiyen tak openi
Ning saiki ana ngendi
Njur kelingan anak lanang
Mbiyen tak openi
Ning saiki ana ngendi
Jarene wis menang
Keturutan sing digadhang
Mbiyen ninggal janji
Ning saiki apa lali
Keturutan sing digadhang
Mbiyen ninggal janji
Ning saiki apa lali
Ning gunung tak cadhongi sega jagung
Yen mendhung tak silihi caping gunung
Sokur bisa nyawang
Gunung ndesa dadi reja
Dene ora ilang nggone padha lara lapa
Yen mendhung tak silihi caping gunung
Sokur bisa nyawang
Gunung ndesa dadi reja
Dene ora ilang nggone padha lara lapa
Ciptaan: Gesang
SUMBER
: https://harimawan.wordpress.com/2008/03/31/lagu-daerah-yogyakarta/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar